Ify terdiam di balkon rumahnya. Merenungi kata-kata pujaannya tadi. Pujaan? Tentu saja. Ray.
Telah lama Ify pendam rasa ini. Telah lama Ify mengagumi sosok itu. Namun sepertinya sang 'target' tak juga menyadarinya. Oke. Ini bisa dibilang cinta diam-diam. Mengapa banyak yang menganut faham itu sampai sekarang?
Ify tersadarkan sesuatu. Twitter! Ray kan meminta 'laporan' masalah tadi.
Ifyalyssa : kak, tadi gue uda nanya sm Shilla. Ktny kak Alvin cuma dateng trs nengok2 trs pergi. Ky nyari org gt. Dia jg ga ngmng apa2.
Beberapa menit kemudian, terlihatlah 1 new direct message. Ray.
Rayprasetya22 : oh great. Thankyou Fy :) td Alvin jg blg gt. Berarti emg gada apa2. Thankssoo:)
Ify tersenyum miris. Hanya sampai sini kah? Ia menggeleng keras. Berusaha mencari ide lain untuk memperpanjang percakapan mereka ini.
Ifyalyssa : yap smsm kak. Btw, kakak kpn plgny?? Tbtb nongol di toilet cewek. Haha-_-
Konyol? Ya! Ify tertawa geli melihat pesan yang baru saja ia kirimkan.
Rayprasetya22 : duh Fy. Cm 140 karakter. Ga bebas. Bg nmr lo aja deh :)
Ify terenyak. Iphone di tangannya hampir terpental seketika. Ray..... Satu dari THE MOST WANTED BOY? Yang paling baik, yang paling ramah, perfect deh -dimata Ify-.
Ifyalyssa : eh? 0811253777 kak.
Inikah tanda-tanda Ray memahami perasaannya? Inikah saatnya Ify memberitahukan isi hatinya kepada pemuda itu?
*
"Shilla!!!!!" bentak Alvin kepada adik semata wayangnya itu ketika ia memasuki kamar adiknya ini. Lagi-lagi begini.
"ya kak?" katanya santai sembari melepas kacamata berframe penuh berwarna ungunya.
"lo-tadi-ada-di-TKP-kan?" tatapan elangnya seakan ingin mencabik-cabiknya.
"Gabriel vs kak Cakka tadi? Hm" Shilla mengangguk tanpa dosa, lalu kembali menekuni macbook ungunya.
Alvin semakin mengerutkan dahinya, menyipitkan matanya, dan mengertakkan gerahamnya. Membiarkannya beradu agar emosinya meredam.
Shilla tersenyum tipis. "hey, i've told you that i can handle my self, bro"
"ini masalahnya beda, Shill" Alvin melangkah ke balkon kamar Shilla. Menatap langit-langit yang mulai tak bersahabat layaknya emosi yang terpendam terlalu lama. Yang akan meledak ketika tak sanggup dibendungnya lagi.
"gue ga yakin mereka tulus sayang sama lo. Ada sesuatu yang ga lo tau, Shill"
Shilla menghela nafas lalu mencoba menarik ujung bibirnya ke atas. "emang apaan yang ga gue tau?" katanya sembari menyusul Alvin ke balkon kamarnya.
"something in the pass. Gue ga mau lo di jadiin tameng sama mereka berdua" Alvin membalikkan badannya sehingga menghadap ke adiknya.
"oh. Got it. Balas dendam maksud lo? Ok. Kalogitu gue janji sama lo. Kalo mereka ngapa-ngapain gue, gue akan langsung ngelapor ke elo dan kita bongkar semuanya" kata Shilla sembari menatap Alvin dalam-dalam.
Alvin tersenyum lalu menarik tubuh gadis itu mendekat ke tubuhnya. Tangannya mengurung tubuh itu dalam rengkuhannya sehingga Shilla menyandar ke bahu kakaknya.
"besok lo berangkat sama balik sama Ozy. Bilang Gabriel ga perlu nganter elo. Bilang Ify juga" katanya sembari mengelus rambut adiknya.
Shilla menarik nafas dalam-dalam. Tak mampu menolak titah kakaknya yang satu ini. "hm"
'drrrtt drrrtt'
Shilla mengambil blackberrynya yang belum berpindah dari saku celananya. Rio? Lagi? Ck!
'uda plg sekolah? Sorry yg td pg. Iya tadi kakak lo uda klarifikasi semua kok'
Sudah klarifikasi? Oh iya! Shilla teringat kejadian tadi pagi saat kakaknya ke kelasnya.
"kak, lo klarifikasinya gimana sih?" tanya Shilla akhirnya.
"gampang. Udah lah ga usah difikirin" Alvin duduk di sofa sebelah rak buku kamar Shilla. Ia memainkan psp Shilla.
Shilla kali ini membiarkan pspnya di pinjam kakaknya. Toh psp tidak bisa membuat status, kan?
'hm noprblm. Tmn2 gada yg nanya kan?'
Shilla tersenyum miring lalu masuk dan menutup pintu pembatas antara kamar dan balkonnya.
"kalo emang Cakka atau Gabriel bersikap buruk sama lo, toh ada si Mario-Mario itu kan?" kata Alvin sembari menaik-turunkan alisnya menggoda.
Shilla tak menjawab. Hanya saja tatapan membunuh itu kini ia berikan ke kakaknya. Alvin hanya meringis. Lalu keluar dari kamar adiknya.
"gitu doang takut. Kak kak"
*
17.00 PVJ.
Rio memarkirkan Viosnya lalu masuk ke salah satu cafe yang telah di janjikannya pada gadis bertubuh kecil itu.
"Rio!" panggil Keke.
"Ke, gue cuma mau ngomong sebentar sama lo. Ck" dengusnya perlahan.
"apasih, sayang?" kata keke sembari mengaduk-aduk cokelat panasnya.
"Gue mau putus sama elo" katanya to the point.
Keke terenyak. Lalu berusaha bersikap seperti biasa. "Shilla? Oh yeah. You're really love her. Not me" ucapnya sarkatis.
"great kalo lo ngerti. So? We have no relationship anymore, Ke" Rio tersenyum miring.
"yeah. Elo, gue, end!" kata Keke menirukan kata-kata yang sedang tenar saat ini.
"tapi... Kasih gue waktu sehari aja buat sama-sama dengan elo. Selama ini kita ga pernah kan, Yo?"
Rio mengangguk. Demi Shilla! Ia rela seharian dengan cewek shoppaholic ini.
*
"kak Via, gue ga kaya kak Gabriel yang benci tingkat zeus sama kak Alvin. Gue akan nyoba untuk nepis kebencian itu. Buat elo kak. Rest in Peace, my sista. I never realized that you're in the heaven now" ia tersenyum lalu berbicara kembali. "gue bawa lily putih kesukaan lo. Gue away dulu ya kakakku sayang. Kak Alvin bentar lagi kesini. Bukannya mau ngindar. Gue belom siap show off kaya dia tadi. Bye ya kak"
Gadis berwajah tirus itu beranjak dari pusara sang kakak lalu berjalan pelan menuju bmwnya.
"WOYYYY!!!!!!" jerit Alvin saat gadis itu membuka pintu bmwnya. Gadis itu Shock. Lalu buru-buru menderu mobilnya dan meninggalkan tempat itu.
"yeah. Gue tau elo siapa" Alvin tersenyum sinis.
Ia segera menuju ke tempat-peristirahatan-Sivia. Seperti kemarin, 2 lily putih bersemayam disana.
*
Shilla tertawa kecil membaca bbm Rio barusan. Tertawa sinis.
'Shill, gue sama Keke uda putus'
Hey, Mario! Kalo lo udah putus sama Keke terus kenapa? Batin Shilla kemudian.
"SHILLL, DITELFON COWOK NIH. RIO!!" teriak Alvin.
"IIHHH LO APABANGET SIH TERIAK-TERIAK?!! HA!"
Sebenarnya Shilla tahu bahwa ada deringan yang keluar dari aisle phone kamarnya. Namun entah mengapa penyakitnya kambuh lagi. Rasa malas itu kambuh lagi. Kembali menyerang tubuhnya.
"kenapa nelfon gue?"
"ga boleh?"
"buru deh mau ngomong apa?"
"gue mau ke Jakarta"
"APA?!"
*
Ozy membeberkan segalanya yang ingin Alvin ketahui. Ia kelewat janji kepada adik sepupunya tadi.
"hm. Tapi kayanya Shilla sekarang agak deket sama Mario. Kayanya si Mario nyadar deh. Soalnya dia sering banget bbmin Shilla. Terus kayanya juga Shilla mulai luluh"
Ozy mengangguk mengerti. "Vin, lo ga suka kalo Shilla sama Gabriel atau Cakka ya?"
Alvin diam. Bukannya tidak suka. Ia hanya takut. Takut Shilla celaka nantinya.
"oh ya, Vin. Gue punya ide. Great idea!"
Alvin mengerutkan dahinya. Maksud Ozy apa?
Ozy membisikkan beberapa kalimat kepada Alvin. Alvin menyeringai. Setuju dengan 'ide' yang Ozy bisikkan padanya.
*
Biasanya pagi-pagi buta begini ia sudah tergesa-gesa. Mengingat Ozy akan mengantarnya, Shilla menjadi lebih santai -bahkan terkesan malas-.
"Fy, lo pilih ekskul apa?" tanya Alvin saat sarapan akan dimulai.
Hari ini memang kegiatan ekskul di Superior High School di adakan. Namun bukan dalam bentuk fisik seperti basket, futsal, atau renang. Tetapi lebih ke bagian non fisik seperti pecinta alam, pramuka, atau yang lainnya.
"fotografi!!!!" serunya bersemangat.
Alvin mendengus. "kaga ada, adanya jurnalis. Fotografi include disana" Alvin mulai mengunyah roti cokelat almond itu.
"yaudah gue milih itu" katanya enteng.
"gue disana. Cakka juga"
Shilla menghela nafas berat. "ga peduli"
Alvin berdecak. Adiknya ini sungguh....
"kakakk, gue sama kak Ozy duluan yaaa. Elo sih enak telat masih boleh masuk. Lah gue?" ceracaunya sembari memajukan bibirnya beberapa mili.
"makanya, bilang 'hey, i'm ashilla zahrantiara sindhunata and i'm alvin's little sister' gitu Shill hahaha"
Bibir Shilla semakin maju. Ia tak menjawab. Ia hanya meraih sebuah jepit dan mengamit setengah rambutnya serta menguncinya di belakang. Selayaknya gadis 'cupu' yang belum tahu rambutnya-ingin-diapaka. Ia melepas soft lensenya lalu memakai kacamata yang selama ini disimpannya.
Hari ini, ia memang tidak bersikap seperti biasa. Ia takut. Takut segalanya -penyamarannya- terbongkar dengan datangnya orang itu.
"gue ga mau terbongkar sekarang, kakakku sayang. Hihi" ucap Shilla seakan mengerti bahasa mata Alvin yang seolah berkata kok-lo-aneh?
Sepanjang perjalanan, Shilla terus berkomat kamit di dalam Prius Ozy. Ozy tentu saja merasa bingung. Buat apa ia 'berubah' menjadi 'cupu' begitu? Bukankah tak ada yang curiga di sekolah saat penampilannya seperti biasa?
"Shill, lo takut apa?"
"kucing sama tarantula"
Ozy melengos. "bukan ituu. Lo kok aneh sih? Takut apa?"
Shilla menghirup oksigen disekitarnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya. "Rio. He said that he will go to jakarta. Gue ga mau kebongkar kaaakk" desah Shilla.
"oke. Nanti mau anter gue ke Bandung ga? Mau ambil Ipad" katanya masih dengan pandangan yang menatap lurus ke depan.
Shilla hanya mengangguk. Kangen juga sama Acha, fikirnya.
Akhirnya, prius Ozy pun sampai di halte dekat SHS. Shilla memang tak meminta Ozy untuk mengantarkan ke depan sekolah.
"astaga, IFY! Gue lupa bilang ke dia kak!!" teriak Shilla panik.
Gadis itu pun langsung mengeluarkan hape lalu menghubungi Ify.
Tapi belum sempat dihubunginya Ify, seluruh siswa disekitar gerbang masih dikejutkan dengan apa yang kini dilihatnya.
Itukan...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 speeches:
Post a Comment