Wednesday, August 3, 2011

part 10

Itu kan....

Hampir seluruh warga sekolah melongo menyaksikannya. Baru kali ini Alvin membawa seorang gadis bersamanya. Terlebih lagi berada semobil dengannya.

Seorang gadis tak-dipandang berjalan disamping Alvin. Wajahnya memerah. Gadis itu berjalan sembari menunduk. Tak ingin melihat ekspresi orang-orang disekelilingnya. Entah itu marah ataupun kesal.

Gadis berdagu lancip itu masih membayangi langkah Alvin. Ia tak ingin jauh-jauh darinya. Mengapa? Tentu. Bisa-bisa dicacah menjadi potongan-potongan kecil tubuhnya itu.

"IFY!!" teriak Shilla masih mengerutkan dahinya. Seakan tak percaya itu sahabatnya.

Shilla melempar pandangan yang sama kepada Alvin. Namun dalam konteks yang berbeda. Gadis ini mendekat ke 2 insan tadi.

"kok bisa sama dia?" Shilla mendelik. Seperti ada apa-apa dibalik bola beningnya.

Ify merengut. "ini kan gara-gara elo. Mau berangkat sendiri ga bilang-bilang sama gue! Jadi gue kaya orang bego nungguin elo di halte. Ck"

Shilla makin mengeritingkan dahinya. "terus dia?" katanya sembari mengarahkan alisnya ke sosok disebelah Ify.

"tiba-tiba ada dia. Terus ngajakin bareng. Lagian uda hampir telat juga. Jadi gue ikut deh"

Shilla masih merasakan sedikit kejanggalan disana. Tatapannya... Masih tatapan tak-percaya. Alvin berdehem keras. Berusaha menghidupkan suasana disana. Shilla mendangak lalu menatap mata Alvin dengan penuh tanda tanya. Kakaknya ini kenapa?

"eh yaudah. Fy, mau bareng gue atau dia?"

Alvin melebarkan matanya -walaupun tak bisa-. Shilla menatapnya bingung. Lalu sekejap mengerti.

"oh okay. Gue duluan kalogitu. See ya, Fy" gadis itu mengangguk. Shilla pun membalikkan badannya. Baru jalan selangkah, ia sudah dihadangnya -lagi-. Cakka.

"masuk sama gue" kata Cakka sembari menarik tangan Shilla paksa.

Shilla terenyak. Reflek, ia menepis tangan kakak kelasnya itu. "saya sendiri aja"

Alvin tersenyum miring melihat tingkah laku adiknya ini.

"kenapa? Lo mau sama Gabriel tapi ga mau sama gue, gitu?" tanyanya dengan nada se-dingin-mungkin. Berusaha menutupi rasa tak-suka-jika-gadis-itu-bersamanya atau yang lebih dikenal sebagai cemburu.

"kakak ini kenapa sih? Saya ga mau masuk sama kakak!" tolaknya keras lalu kembali melangkah meninggalkan kakak kelasnya ini.

"biarin aja, Cakk" kata Alvin pelan lalu melakukan apa yang adiknya lakukan barusan.

Cakka mendelik. Mengapa ada hawa kesenangan dan kebahagian di mata Alvin saat Shilla mengacuhkannya? Mengapa tadi Alvin menatap Shilla seperti itu? Mengapa Shilla seperti tidak suka saat Alvin bersama Ify? Mengapa Shilla bersikap berbeda padanya dan Gabriel? Padahal kan ia dan Gabriel melangkah dengan permulaan yang sama. Cakka memiringkan bibirnya lalu melenggang dari tempat itu.

Di seberangnya, ada seorang pemuda yang -sepertinya- juga tak nyaman dengan keadaan kedua sahabatnya, gadis yang bernama Shilla, serta bajingan yang bernama Gabriel. Ia ingin menyelaminya lebih jauh. Seperti yang telah ia katakan di hari yang lalu, ia tak ingin sahabatnya kembali berseteru masalah gadis pujaannya.

Sedangkan 3 sosok gadis cantik lainnya, sedang mendengus. Mendengus sekesal-kesalnya. Oik dan Zevana terus-terusan menggunjing Shilla dan Ify. Sedangkan Angel? Tentu. Ia ikut memanas-manasi kedua sahabat karibnya.

*
Siang kelabu, pekat. Shilla dan Ify memutuskan untuk ke mall-sekolahnya a.k.a kantin. Shilla dan Ify sama-sama memesan mini spaghetti dan orange juice sebagai pelipur lapar dan haus yang dirasakannya.

Mereka berdua lebih memilih meja yang berhadapan langsung dengan kaca super besar yang langsung menghadapkannya kepada derasnya linangan tangisan alam di luar sana.

"Shill, lo kok kayaknya beda sih? Pake kacamata, rambut dikucir setengah, ada apa?" tanya Ify ditengah kenikmatan mengunyah spaghettinya.

"mata gue emang bermasalah. Tapi gue ga pernah mau pake kacamata. Akhir-akhir ini, gue emang agak ga keliatan sama tulisan-tulisan kecil di layar LCD ataupun papan tulis. Jadi yaa gini deh" jelasnya panjang lebar.

Shilla menarik nafas sebentar. "kalo rambut, gue agak risih emang. Hehe kenapa, Fy?" Shilla mengumbar senyum. Berusaha menutupi kebohongan dihadapan sahabatnya ini.

"nope. Agak heran aja gue hehe"

Ify dan Shilla kembali melanjutkan menyantap spaghettinya yang tersisa setengah itu.

'prok prok prok' suara aduan telapak tangan terdengar.

"bagus!!! Great! Si perebut Cakka dan Alvin lagi berdua. Zev, Ik, kita apain nih kucrut dua? Anak beasiswa aja blagu" katanya sengit di hadapan kedua sahabat ini.

Shilla membenahi kacamatanya, laluu mengerutkan dahinya. "gue? Ify? Ngerebut? Haha ngaco abis lo-lo pada" ucap Shilla tak kalah sengitnya.

"blagu banget. Lo ga tau kita, miskin?" sambung si imut Oik.

"hell. Elo Oik Cahya Ramdlani. Elo Zevana Arga Ane Angesti. Elo Angelica Martha Pieters. The Dangerous. Orang-orang yang paling ditakuti setelah kak Alvin, kak Cakka, kak Ray. I'm Right, eh?" Mata Shilla mencuatkan keremehan didalam pengucapan kata-kata itu. Ia pun tersenyum -super sinis- saat itu.

"itu tau. Gue dan Oik ga suka lo dan temen lo ini ngedeketin Cakka atau Alvin! It's clear, isn't it?"

"apa urusan elo ngelarang kita berdua? Lagian yang ngedeketin kami itu mereka kok. Ha. Lo-lo berdua aja kali yang GA BERUNTUNG kaya kita. Jadi lo berdua ga dideketin deh. Haha"

Ify tertawa kecil mendengar perkataan sahabatnya ini. Oik dan Zevana semakin geram. "apa lo tawa-tawa! Anak beasiswa miskin matre aja lo! Udah ngerebut Alvin lagi! Ck. Alvin itu cowok gue, tau!" letupan Zevana kemudian mulai meronta-ronta.

"hey, emang kak Alvin cowok lo gitu? Kok kayaknya bukan ya? Atau emang bukan? Hahahhahaha udah yuk, Fy. Capek gue ngeladenin mereka"

Ify mengikuti sahabatnya melangkah menjauhi kantin sekolah. Mereka berdua masih merasakan tatapan-tak-percaya dari sekelilingnya.

The Dangerous mendengus sekesal-kesalnya. Mereka melawannya tadi? Oh siap-siap saja. The Dangerous akan memberikan perlawanan yang LEBIH berbahaya lagi.

*
"Shill, Fy! Lo berdua keren abis sumpah!! Bisa-bisanya ya adu mulut sama si the Dangerous itu. Salut salut!" teriak Obiet, sang ketua kelas.

Shilla tersenyum tipis. "orang kaya dia emang harus di gituin kali. Lo gausah takut sama dia. Lagian dia siapa sih? Cuma anak-anak ga berhati yang suka menindas. Ck"

Hampir seluruh anak-anak sekelas menganga dibuatnya. "lo gila. Mereka bisa ngeluarin lo kalo mereka mau" ucap Obiet khawatir.

"liat aja. Siapa yang dikeluarin lebih cepet. Haha"

Teman-teman yang lainnya makin ternganga mendengar ucapan Shilla tadi. Terlebih lagi tawa renyah itu meledak dari mulutnya. Mereka hanya berdecak keras. "sok yakin banget lo, Shill. Hahaha"

Shilla dan Ify kembali ke tempat duduk mereka. Ify masih mencerna kata-kata the Dangerous tadi. Kata-kata itu terus terngiang.

"gue sama kak Alvin ga ada apa-apa loh. Tu orang kenapa sih ya, Shill?"

Shilla menaikkan bahunya. "entah. Too obsesive maybe"

Ify menangguk pelan. Dasar cewek aneh, ucapnya dalam hati.

*
Ekskul mulai berlangsung. Shilla telah berada di sekertariat jurnalis sekarang. Ada 50 anak yang tergabung. Termasuk Ray, Cakka, Alvin, dan dirinya tentunya.

Sesungguhnya ia tak begitu suka jurnalis. Namun fotografi include disana, jadi mau tidak mau. Ia yakin, kakaknya pun begitu.

"loh, kok si cupu disini?" tanya Zevana tiba-tiba. Apa???? Zevana? Yeah. Ternyata dia dan teman-temannya mengikuti ekskul itu juga.

Shilla memutar pandangannya. "emang kenapa? Suka-suka gue dong"

"diem lo berdua!" bentak Alvin tiba-tiba. Semuanya terkejut dengan itu. Shilla pun begitu -sepertinya-.

Baru kali ini ia dibentak kakaknya seperti ini. Ia tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya menunduk dalam-dalam. Berusaha menyembunyikan wajahnya. Berusaha menahan butiran mutiara keluar dari matanya.

Cakka dan Ray terheran dengan kelakuan Shilla ini. Apakah ia, menyukai Alvin? Fikiran mereka sepertinya sama. Yeah. Mereka sama-sama memikirkan itu.

"attention, please. Sekolah kita bakal ngadain Superiorians, festifal tahunan Superior. Kepsek nunjuk kita jadi seksi dokumentasi. Acaranya sebulan lagi. Disini gue mau bagi tugas" kata Naya, ketua umum jurnalis.

"Cakka, Ray, Alvin, Shilla, Zahra, dan Netta, kalian yang moto-motoin ya. Terus Oik sama Zevana, kalian yang handle videonya. Eh, Vin, lo bisa buat banner sama advertisementnya kan? Nanti mau ditaro di website sekolah kita soalnya"

Alvin mengangguk. "gue sendiri? Tega abis lo Nay"

Naya tertawa pelan. "ngga. Terserah lo mau sama siapa. Pokoknya lusa harus beres. Ok, Vin?"

"oke. Gue boleh keluar? Mau buat dari sekarang"

Naya mengangguk. Alvin beranjak lalu mengait tangan Shilla tiba-tiba. "ayo ikut gue. Nay, dia bantuin gue buat banner sama advertisement. Dia keluar ya?"

Semuanya melongo melihat tingkah Alvin. Shilla? Kenapa dia?

"okay. Noprob. Cepet ya, Vin!!"

Alvin dan Shilla meninggalkan ruang sekertariat. Semuanya masih tertegun. Mengapa Shilla? Mengapa Shilla?

Ray dan Cakka semakin tak mengerti. Ada yang tak beres disini. Mereka menghela nafas masing-masing -untuk tujuan berbeda-.

Ray, ia semakin bingung. Shilla seperti menyukai Alvin. Namun Alvin tadi bersama Ify. Dan ketika Alvin membentaknya, Shilla seperti sangat terpukul. Namun sekarang, Alvin malah ingin bersama gadis itu. Mengapa terlalu membingungkan?

Sedangkan Cakka? Ia hanya terus-terusan mengulang kata-kata itu dalam hati. 'kenapa saingan gue banyak banget sih? Gabriel! Cowok yang pernah jemput Shilla! Dan sekarang Alvin!' ia tersenyum miris. Tapi gue harus dapetin Shilla, fikirnya lagi.

Jangan lupakan ketiga sosok ini. Mereka makin geram kepada gadis itu. Bukannya seharusnya yang ada diposisi Shilla itu Zevana? Kenapa Shilla? Kenapa si cupu-miskin itu? The Dangerous tidak tinggal diam. Mereka menyusun siasat. Siasat yang kelewat sadis -sepertinya.

*
"apa! Kenapa gue sih, kak? Lepas!! Jangan pegang-pegang tangan gue!" cerca Shilla pada kakaknya itu. Fyi. Mereka sedang berada di ruangan yang cukup besar. Ruangan rahasia Alvin di sekolah itu. Hanya dirinya, Cakka, dan Ray yang tahu.

"sorry tadi ngebentak elo. Sorryyyy banget Shill" katanya dengan nada melemah.

"maaf terus! Bosen kali gue. Udah 3 kali minta maaf dalam 2 hari. Apabanget coba" Shilla memalingkan wajahnya dari kakaknya.

Alvin tahu. Ini pertama kalinya ia membentak adiknya ini. "gue ga sengaja, Shill. Maaf donggg. Gue ga maksud gitu sumpah!!" Alvin kini memegang kedua bahu adiknya. Mencoba menatap mata-yang-penuh-emosi milik Shilla. Emosi. Entah sedih, kesal, marah. Entah apa itu.

"bosen. Maaf mulu kerjaan lo"

"sevel? Patrick stuff? Diana cmy? Gue beliin deh gue beliin. Maaf Shill" Alvin tak tahu lagi harus berkata apa.

"agree kalo sama roll filmnya. 30 kotak"

Alvin menghela nafasnya pelan. Akhirnya. "iyaiya. Ikhlas deh gue. Pemerasan abis lo, Shill. Hehe" kata Alvin sembari mengelus puncak kepalanya.

Shilla tertawa kecil. "daripada ga gue maafin? Yeeee. Eh buru deh buat banner sama advertisementnya"

"males"

Shilla langsung menepuk pundak kakaknya. Males? Jawaban macam apa itu?

Shilla melengos. "kalo gitu mah gue minta jemput kak Ozy aja deh"

Alvin mengernyit sejenak. Namun bersikap seperti biasa kembali. "heh! Enak aja! Shilla!!! Heh!!! Shill!!!" teriak Alvin. Shilla sudah melenggang keluar ruangannya ini.

"bodooo. Weeekk" kata Shilla sembari menjulurkan lidahnya. Alvin hanya tertawa dibuatnya.

Alvin lalu menutup pintu ruangan rahasianya ini.

Tak disangka, seseorang -yang sama- kembali menyaksikan sikap Alvin dan Shilla. Lagi-lagi Fikiran buruk itu mengotori otaknya.

*
Gabriel -lagi-lagi-'mengunjungi' Superior. Ia menelusuri pandangannya. Mencari gadis itu -lagi-.

"cari Shilla? Dia ga ada" kata Alvin. Ia menyipitkan matanya.

Gabriel pun begitu. Mengapa Alvin begitu menyimpan kebencian? Apa hubungan Alvin dengan Shilla?

"gue ga nanya elo"

"terserah. Dia tadi sama cowok. Pake mobil"

Gabriel tersentak. Cakka yang bersanding dengan Alvin pun tersentak.

"lo pulang deh, Yel" usir Alvin masih dengan mata sipitnya.

Sebenarnya, tanpa disuruh pun, Gabriel akan pergi dari situ karena Shilla -tujuan utamanya- tak ada.

Cakka masih terdiam. Apa Shilla... Bersama cowok yang waktu itu?

"Shilla sama siapa?" tanya Cakka akhirnya.

Alvin sempat bingung mau menjawab apa. "dia.... Sama cowok. Yang pake prius"

Cakka kembali terdiam. Cowok itu... Siapanya Shilla?

*
Ozy memutar lagu Owl City di tape mobilnya. Alunan suara sang vokalis membuatnya ikut mengalunkannya juga.

"tau ga, Shill? Sebenernya Alvin yang nyuruh kita ke Bandung"

Apa? Alvin? Ohya?

0 speeches:

Post a Comment