Sepertinya ada yang (kembali) menganut cinta diam-diam nih. Yeah. Pemuda itu. Tak lelahkah ia menganut faham itu?
Tentu. Cakka sangat lelah. Cakka sangat tak nyaman. Cinta diam-diamnya ini... Akankah bisa didapatkannya? Hhh Cakka menghela nafas pelan. Suatu saat, ia harus mengatakan yang sejujurnya. Walaupun saat ini, ia belum sepenuhnya yakin kepada hatinya sendiri. Setelah perginya Sivia, ia memang tak pernah lagi membuka hatinya. Inilah kesalahan pertamanya dan kesalahan terfatalnya. Ia mencintai Sivia secara diam-diam.
Ia tak tahu mengapa ia tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya pada gadis itu. Dan akhirnya... Alvin yang mendapatkannya. Sahabatnya yang mendapatkannya. Mau tak mau, Cakka pun melepaskan harapannya. Harapan untuk memiliki Sivia seutuhnya.
*
Di lain sisi, seorang gadis sedang terduduk manis disamping bangku kemudi mobil berplat D 021 AF ini. Ia tak henti-hentinya melepas kerinduan pada pemuda yang selalu ada untuknya ketika ia di Bandung.
"kak ozyyyyyy!!! Baru seminggu padahal. Tapi gue udah kangen tingkat dewa sama lo. Ck" katanya sembari melipatkan tangannya ke dadanya.
"hahaha gue tau!! Kita ke sevel aja yukk. Gue traktir deh"
Tanpa berfikir lagi, gadis itu langsung mengiyakannya lalu berceletuk, "tapi kak Alvin ga usah di kasih ya kak. Hahaha"
Ozy -pemuda itu- menggeleng serta berdecak pelan. "ga nyangka ya sepupu gue ini kejam banget sama kakaknya" ia tak mampu menahan tangannya untuk tidak mengelus puncak kepala gadis itu.
Toyota prius itu pun melaju. Menembus kepadatan jalanan ibukota. Setelah beberapa menit kemudian, mobil itu terparkir aman didepan 'kedai kopi' ternama itu.
Shilla dan Ozy pun melangkah memasuki bangunan elite itu. Namun tak disangka. Ia bertemu dengan The Dangerous. Sepertinya sedang nongkrong. Tapi Shilla tak mau menyapa mereka. Tak mau membuat keributan disini.
"eh, liat itu ada cowok keren!! Sumpah keren banget yaampun!! Cute bangetttttt" kata salah satu the Dangerous itu.
"ze, lo tuh!!! Alvin aja udah deh!!" kata yang lainnya. Zevana -yang tadi berbicara itu- masih menatap sosok tampan dihadapannya.
"zeeeeeee udah lah. Lagian lo ngeliatin apa sih? Sampe ga kedip gitu. Ck" kata gadis bertubuh kecil yang tadi berbicara dengan Shilla di halaman SHS (Superior High School).
"ituuu. Cute bangetttt. Pake behel lagi. Mana kece abis gayanya ck. Aaaaa" kata Zevana lagi.
Setelah ditunjuk Zevana, Oik dan Angel langsung menoleh kearahnya. Sesosok pemuda yang dibalut t-shirt serta jaket yang tidak terlalu tebal, celana serta sepatu bermerek yang harganya tak-tanggung-tanggung itu sedang tersenyum ke arah seorang gadis disebelahnya. Gadis yang masih menggunakkan seragam SHS.
"asliiii ganteng bangeeeetttt" kata kedua orang yang baru memperhatikannya setelah Zevana memberitahunya itu.
"yeh. Baru nyadar. Btw, itu siapa ya? Pake seragam SHS" kata Zevana lagi.
"itu kan..."
*
"nih shill" kata Ozy sambil memberi satu cup latte kesukaan Shilla.
"ck. Gila gue kaaaakk" Shilla menyeruput lattenya. Ozy masih -dengan coolnya- memainkan kunci mobilnya.
"lo kacau banget kelihatannya ya. Haha"
Shilla makin memanyunkan bibirnya. "ih kayanya elo kok seneng banget sih liat gue gini?"
Ozy hanya tertawa mendengar sepupunya ngambek. Lucu. Ozy rindu wajah itu. Setelah itu, Ozy tak menjawab Shilla lagi. Ia mengeluarkan blackberrynya dari saku celananya.
"ngapain lo, kak?" tanya Shilla penasaran.
"buka bbm dari kakak lo. Nih" Ozy menyodorkan blackberrynya. Shilla menahan tawanya ketika membaca bbm dari kakaknya.
'zyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!! Ji, adek gue udah sama lo kan? Udah kan? Ha? UDAH KAN? Kok kalian lama sih? Ha? Kalian ngapaiiiiiinnnnn??? Awas lo ngapa2in dia!! Mati lo ya ji!'
Buseeeet, fikir Shilla didalam hati. Ck. Kakaknya ini.
"gue aja yang bales"
'alviiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn maaf ya adek lo udah gue apa2in. Adek lo cantik banget sih. Mana ujan2 gini kan. Maaf ya vin'
Tak lama kemudian, Alvin membalasnya. Ozy masih menerka-nerka apa yang mereka bicarakan.
'anjrit lo! Lo apain? Ha? Eh lo gue bilangin acha lo! Jiiii!!!!! Adek gue lo apain? Haa?? Lo cium ya? Atau lo.... Ah jii!'
Buset, fikir Shilla lagi. Shilla masih terbahak membacanya. Lalu memberikan blackberry ozy ke pemiliknya.
Ozy membaca bbm mereka berdua dengan seksama selayaknya naskah proklamasi dibacakan.
"shillaaaaaa lo ngomong apa sih ke dia! Ck" Ozy buru-buru membalas bbm Alvin untuk mengklarifikasikannya. Sedangkan Shilla? Masih terbahak-bahak sepertinya.
'pin! Adek lo tadi yang bales!!! Eh enak aja! Gini2 gue masih alim ya!! Tp bener juga ya, pin. Adek lo cantik banget. Gue cium enak kali ya. Ah pinter lo!'
Setelah mengirimkan balasan bbm Alvin, sekarang giliran Ozy yang terbahak. "ck. Shill, gila lo"
'calling... Alpin'
"hahaha kakak lo nih"
Ozy menangkat telfon itu. Shilla mengernyitkan dahinya.
"engga, pin.....iya tadi.....enak, pin.....yah telat lo.....hahahahhahaahaha gue di sevel. Gila lo! Ga mungkin lah gue kaya gitu.....enak aja! Bayar!.....oke. Elo dirumah aja.....yoa..... Iye bawel.....bye"
"buru deh abisin, Shill. Kakak lo nyuruh kita pulang" katanya sembari menyeruput lattenya.
Shilla menghela nafas. Mereka melangkah kesini. Mereka lagi. The Dangerous.
"kampung, ngapain lo ke sini? Bisa bayar tah lo? Ha?"
"iya. Mana pake ngebawa cowo ganteng lagi. Dasar anak beasiswa miskin! Matre lo!"
Shilla menoleh ke arah mereka. Lalu mendengus kesal.
Ozy mengerutkan dahinya tak mengerti. Bukankah Shilla itu.... "ha? Shilla anak beasiswa? Miskin? Hahaha ngaco lo bertiga! Dia kaskehdlehcuebneyqwihg" Shilla menutup mulut kakak sepupunya tiba-tiba. Semuanya terlihat kebingungan.
Shilla terdiam sejuta kata. Lalu menatap Ozy seolah-olah berkata ayo-kita-pulang.
*
Latte Shilla memang belum habis tadi. Namun kejadian itu memaksanya untuk kembali kerumah lebih cepat.
Keheningan kembali mencekik mereka berdua. Hanya deruan mesin yang terdengar disana. Ozy tak mampu mengumpulkan keberanian untuk angkat bicara saat itu. Walaupun banyak yang tidak ia tau, tapi ia menahan untuk mempertanyakannya pada gadis itu.
"kak, sorry ya tadi" kata Shilla masih menunduk sembari memainkan lipatan pada rok kotak-kotak abu-abu hitamnya. Suaranya terdengar lirih.
Ozy menghela nafasnya lalu membuka kacamata berframe penuhnya. "ga apa Shill. Emang kenapa sih? Gue tadi shock aja lo dikatain gitu"
Shilla tersenyum miris. "gue masuk kesana karena beasiswa, kak. Mereka ga ada yang tau kalau gue adiknya kak Alvin yang juga anak pemilik sekolah. Biar deh kak. Gue emang ga mau. Hehe"
Ozy terbelalak. Ha? Yakin? Ia menggeleng tak percaya. Tidak mungkin seorang Ashilla Zahrantiara yang manja ini tak mengakui hal sekrusial ini.
"bohong banget sih"
"ga percaya banget sih? Tanya kak Alvin deh. Hih"
"jangan marah dong shiilll"
*
Sesampainya dikediaman Alvin dan Shilla, Shilla langsung mengadu pada kakaknya.
"kak! Masa tadi kak Ozy..." Alvin langsung memotong omongan Shilla. Mengapa hari ini banyak yang memotong omongan orang ya? Ck.
"Oji ngapain lo? Ha? Bilang sama gue Shill! Tar dia gue bejek-bejek deh! Atau... Gue tonjok deh. Dia ngapain elooo??" Shilla menggeleng keras. Apaan sih kakaknya ini?
"bukaaaaaan. Dia ga percaya gue ga ngakuin lo sebagai kakak gue disekolah, kak. Ck"
"ji ji. Beneran tuh dia. Haha gue juga bingung. Dia itu selalu aja kaya gitu. Dasar aneh lo Shill"
Shilla makin mendengus. Lalu meninggalkan kedua pemuda itu di balkon rumahnya.
*
Shilla buru-buru menyelesaikan sarapannya. Hari ini ia naik busway lagi. Bersama Ify tentunya.
"fy" "shill" masing-masing memanggil lawan bicaranya. Kemudian mereka tertawa.
"lo dulu deh fy"
"Shillaaaaaaaaaaaaaa kemaren lo diapain sama kak cakka? Ha? Lo baik-baik aja kan? Shiiiill sorry kemaren gue gabisa nolong elo" katanya berentetan. Gaya bahasanya... Seperti seseorang. Kak Alvin.
"gapapa, Fy. Kak Cakka doang mah gampil. Hahaha"
Mereka pun berjalan bersisian menuju kelas.
'drrrtt drrrtt'
Handphone Shilla bergetar. Eh? Handphone Shilla kan tidak ia aktifkan. Lalu punya siapa yang bergetar?
Shilla melihat tasnya. Sepertinya sumber getaran itu memang dari tasnya. Namun...
Ah! Itu getaran Blackberry Shilla!!
Sebodoh inikah dirinya? Sebodoh inikah dirinya sehingga tak menyadari getaran dari benda miliknya sendiri? Sebodoh inikah ia sehingga membawa blackberrynya ke sekolah? Ah!!
Ternyata getaran tersebut merupakan suatu bbm. Bbm dari Rio!
'shill, please. Gue ga minta banyak sama lo. Gue cuma mau... Mau lo maafin gue. Lo bales kek. Jangan di read doang. Atoga.. Lo angkat telfon gue. Yaampun Shill makasih deh lo udah buat gue gila'
Shilla tersenyum. Memiringkan bibirnya sedikit. Dulu-dulu lo kemana, Yo? Fikirnya sarkastis.
*
Pemuda itu hampir membanting blackberrynya. Di read. Namun tak ada balasan. Ck.
"yo, kamu ngapain? Tumben pagi-pagi kamu megang bb kamu?" tanya gadis bertubuh kecil itu -lagi-.
"dan emang ini urusan lo, Ke?" balasnya sinis. Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya lalu meninggalkan Keke dengan tragisnya.
Keke hanya tersenyum sinis lalu berdesis, "gue tau, yo. Pasti dia lagi. Ck!"
*
Cakka masih terngiang dengan perlakuan Gabriel kepada gadis itu kemarin. Jangan sampai gadis yang serba-tidak-tahu itu terjerat dengan masalahnya dan Gabriel.
"cakk, lo kenapa? Belom puas nonjokkin Gabriel kemaren?" tanya Alvin kemudian. Sahabatnya tak seperti biasanya.
"kemaren Gabriel ngedeketin cewek. Kayanya dia...."
seseorang memotong bicaranya sejenak. Seseorang berambut gondrong yang sedang memainkan stick drumnya.
"cakk............. Elo sembuh?? AAAAAAAAA akhirnyaaaaa.. Siapa cakk siapa??" cerocosnya tiba-tiba.
Kedua orang yang tadinya sedang membicarakan sesuatu tadi langsung menoleh ke arah sang pembicara. Ray datang?
"Rayyyyyyyyyy gue kangenkangenkangenkangen banget sama lo" kata Alvin sembari memeluk sang sahabat kentalnya yang telah lama izin. Izin mengikuti suatu Drum Competition di Australia.
"Vin, lo apain temen kita, Vin? Dia sembuh?" kata Ray lagi.
"lah gatau gue. Ah elu sih tiba-tiba nimbrung. Cakk, lanjutin Cakk!" suruh Alvin.
"iyeeeeee. Gini loh Vin, Ray, kemaren tuh si Gabriel ngedeketin cewek. Kayanya dia mau manfaatin dia. Gue ga pingin ngelibatin dia" katanya lagi. Alvin dan Ray berbinar tiba-tiba. "Vin, temen kita sembuh" kata Ray sambil -pura-pura- menyeka matanya. Alvin pun begitu.
Lalu Cakka mengernyitkan dahinya. "Ray, lo udah pulang? Kok gue baru liat?" katanya sambil memperhatikan Ray lekat-lekat.
"Vin, Cakka udah sembuh belom sih? Kok ngeliatin guenya gitu banget? Dia suka sama gue ya, Vin?"
*
Shilla lupa sesuatu. Ia lupa bertanya dimana toilet sekolah ini kemarin. Ia pun akhirnya mengajak Ify untuk mengunjukkan tempat terpenting itu.
"ah, Shill!! Lo liat aja tanda-tandanya. Kan ada gituu ga bakal kesasar dehh" tolak Ify. Saat itu memang sedang pelajaran matematika. Pelajaran-yang-minta-dihapuskan menurut Ify. Ify memang membencinya sehingga ia tak begitu menguasainya.
"tar gue ajarin deh, Fy. Plissssss" pinta Shilla sekali lagi. Sesungguhnya ia ke toilet dengan alasan yang tidak begitu penting. Sesungguhnya.
Ify menghela nafasnya kuat-kuat. "iya deh! Ayo!"
Shilla buru-buru meminta izin kepada mrs. Nadine. Tak lupa memasukan blackberry onyx 2 terbaru pemberian kakaknya ke sakunya dengan sebisa mungkin tak ada yang tahu.
*
"shill jangan lama-lama!!!! Gue nunggu diluar ya!" teriak Ify.
"heh! Lo kira gue mau gitu nyuruh lo kedalem? Ha?"
Ify meringis lalu berdiri dihadapan kaca besar sembari menata rambutnya.
Tiba-tiba, seorang pemuda masuk tanpa dosa. "loh, Fy? Lo kok disini?"
Ify masih mematung. Dia..... Pulang? "kak Ray!! Elo tuh!! Ini toilet cewek kaliiiii yaampun di Aussie sebentar doang uda lupa letak-letak ruangan disekolah. Ck"
Pemuda itu hanya cengengesan lalu menggarukkan kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal. "hehe sorry"
Perginya sosok tadi mematungkan dirinya. Dia.... Kembali? Tak hentinya guratan senyum dibibirnya. Hatinya masih melafalkan kata-kata yang sama. Dia kembali!
"Ifyyyyyyyyyyyyyyy ngelamunin apasihhh??" kata Shilla kesal. Ia memanggil-manggil Ify daritadi. Takut gadis it meninggalkannya.
"eh! Udah selesai belom?"
"belom heheh"
"lanjutin deh cepet!!" kata Ify lagi. 'ganggu aja' tambahnya dalam hati.
Shilla masih diam. Sesungguhnya ia tak ada keperluan di toilet itu. Ia masih memegang blackberry itu. Bales aja deh.
'oh. Emang lo punya salah gitu sama gue? Ha? Engga kan? Udah lah yo'
Shilla menghela nafasnya. Lalu tertawa sinis. Jadi gue ke sini cuma untuk bales bbm dia? Konyol amat, fikirnya.
*
'oh. Emang lo punya salah gitu sama gue? Ha? Engga kan? Udah lah yo'
Rio shock. Tadi itu apa? Bbm dari Shilla? Whoala! Urat senyum diwajah Rio kembali bekerja.
'akhirnyaaaaa. Engga, shill. Please, gue minta maaf banget. Gue tau elo ke jakarta gara2 gue'
Yak! Rio berharap kata-kata yang ia tumpahkan tadi.
*
Shilla masih gelisah. Menunggu bbm Rio? Haha tidak! Ia hanya... Hanya...
'drrrrtt drrrrtt'
Bbm Rio lagi!
'akhirnyaaaaa. Engga, shill. Please, gue minta maaf banget sama lo. Gue tau elo ke jakarta gara2 gue'
Shilla tersenyum sinis. Lalu membalas lagi.
'udah lah, yo. Tar lo telfon kerumah gue aja. Jam 2an. Gue pulang jam segitu. Udah ah! Gue lagi di toilet nih! Gara2 mau bales bbm lo nih. See ya, yo'
Shilla menyelesaikannya dengan -berpura-pura- mengambil beberapa helai tissue lalu keluar dari toilet itu.
"fy, udah yuk!"
Ify masih tak sadarkan diri -dalam artian berbeda. Shilla belum mengerti kenapa. "Ify udah ayoooo"
*
Gabriel menepikan cagivanya dan menunggu sosok itu keluar. Yeah. Gadis itu. Sampai saat ini, ia belum tahu apa yang harus didahulukannya. Dendam atau hanti. Namun, ia sudah terlanjur menyukai gadis ini.
"gab, elo ngapain disini?" kata gadis itu sembari menepuk pemuda berhelm -yang sudah dikenalinya-.
"shill, emm mau pulang bareng? Eee gimana yaa aduh gue bingung hehe. Emm lo mau ga, Shill?"
3 orang berjalan bersisian ke arah mereka. Salah satunya menajamkan mata seperti mata elang saat memperhatikan mereka. "tuh! Gabriel!" katanya singkat sembari menaikkan alisnya ke arah 2 insan itu berdiri.
Kedua sahabatnya terhipnotis untuk melihat kearah yang sama juga. Salah satu dari mereka berdesis kecil. "shilla"
"lo kenal dia, Vin? Lo tau dia?" kata Cakka seketika ketika mendengar desisan super pelan itu.
Alvin speechless. "eee itu. Gue emm kemaren liat dia kehujanan! Iya" kata Alvin agak gugup. Ia teringat cerita Ozy kemarin. Untuuuuunggg.
Namun Cakka melihat ada yang aneh di mata Alvin. Ia melihat ada yang ditutupi disana.
"lo kemaren masih disekolah juga? Kok gue ga liat elo?" tanya Cakka sedikit memojokkan.
"iya"
Cakka kembali memusatkan pandangannya ke kedua insan itu lagi. Sedikit melupakan kata-kata Alvin yang mencemaskannya. Jangan Alvin lagi deh, batinnya.
Gabriel masih terlihat salah tingkah dihadapan gadis itu. Sedangkan gadis itu hanya tertawa kecil mendengar celetukan-celetukan Gabriel.
"Cakk, Ray, gue pulang duluan ya" kata Alvin tanpa Ekspresi lalu berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Alvin menuju teriosnya di parkiran, lalu mengeluarkan blackberrynya yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.
'shill, buru pulang. Gue mau ngmng'
*
Setelah merasakan adanya getaran itu lagi, Shilla langsung melihat kedalam tasnya. Ada 9 unread Rio dan 1 unread Alvin. Alvin?
'shill, buru pulang. Gue mau ngmng'
Shilla langsung menyudahi pembicaraan singkatnya dengan Gabriel. Lalu menolak ajakan Gabriel untuk pulang bersama secara halus. Lagian kalau ia pulang bersama Gabriel, Ify sama siapa?
Gabriel pun meninggalkan mereka. Selain karena tolakan halus Shilla, ia juga melihat sang rival mendekat bersama seorang anteknya. Gabriel menaikkan ujung bibirnya. Emang ada rasa kayaknya, gumam Gabriel. Setelah melimpahkan senyumnya pada gadis berambut panjang ini, Gabriel memacu cagivanya menjauh dari SHS.
"Fy, udah yuk. Gue buru-buru hehehe"
Ify mengangguk pelan lalu menggandeng tangan Shilla.
"shilla, tunggu!" kata pemuda yang kemarin 'mengunjunginya' itu.
"kakak tau nama saya?" tanya Shilla sambil menatapnya.
"tau. Tadi ada yang manggil lo" katanya tanpa menyebut nama 'Alvin'.
"oh. Kenapa kakak suruh saya nunggu?" kata Shilla lagi.
"eh. Gajadi deng" katanya sambil menggaruk belakang telinganya. Ih anak kaya gini kalo lagi kaya gitu unyu banget sih, desis Shilla geli didalam hati.
"yaudah. Saya pulang deh kak. Yuk, Fy" kata Shilla sembari menarik lengan Ify yang masih... Bengong? Ini anak!
Ray langsung nyerocos ketika Shilla menjauh. "cieeeeeeeee temen gue sembuh yesssss yesssss"
*
Suasana terasa mencekam. Entah kenapa. Ia mencoba menanyakan pada seluruh pelayannya. Namun tak ada jawaban. Sampai seseorang pelayan mulai berkata lirih. "non, den Alvin dari pulang sekolah marah-marah. Hampir ngebanting-banting barang tadi. Non tolong tenangin dia ya. Maaf saya lancang menyuruh-nyuruh non gini. Tapi... Den Alvin udah jarang marah-marah sejak ada non. Siapa tau dia luluh sama non"
Shilla mendelik. "emang kak Alvin tadinya kenapa? Kok suka marah-marah?"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 speeches:
Post a Comment