Alvin bangkit dari sofanya lalu meraih blackberrynya.
'big failed, bro. Rio goblok'
Astaga. Ada apa lagi ini. Rio melakukan apa memangnya?
Kedua sahabatnya memandangnya dengan tatapan super bingung. Mereka berdua merasa ada yang aneh dengan sahabatnya ini.
"kenapa?" tanya Cakka tiba-tiba.
"ngga" kata Alvin singkat. Ia masih kalut kelihatannya.
"kalo lo belom mau cerita ga papa kok, Vin. Elo punya privacy. Ga semuanya harus kita tau" kata Ray kemudian sembari menepuk pundak Alvin.
Alvin hanya mengangguk dan tersenyum sembari menahan emosinya. Rio... Ternyata tidak sebaik yang ia kira.
*
Shilla masuk ke mobil Ozy tiba-tiba. Ozy sempat terkejut melihat raut wajahnya yang begitu... Merah? Mungkin karena menahan gejolak emosi didadanya.
Tak lama kemudian, Acha datang.
"kak, cepet deh. Tadi Rio ngejer" katanya.
Shilla sedikit tersentak mendengar nama yang Acha sebutkan tadi. Lalu berusaha kembali seperti biasa. Tapi ia masih menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"aku salah ngomong ya, kak?" tanya Acha dengan nada super pelan.
"ngga kok sayang. Dianya lagi sensi aja sama nama itu. Biarin aja dulu. Jangan diganggu ya, sayang" kata Ozy kemudian. Menenangkan kekasihnya ini.
"nanti aku ceritain semua. Sekarang kita ke rumah kakak aja. Biar dia tenang dulu"
Ozy mengangguk. Lalu menengokkan kepalanya ke bangku sampingnya dimana Shilla masih menunduk. Poni dan sebagian rambutnya menutupi wajahnya sehingga Ozy tak sanggup melihat rautnya kini.
Entah kenapa, Shilla teramat sangat sesak ketika melihat Rio dan Keke. Apa yang sesungguhnya terjadi pada hatinya?
Ia memang pernah menyukai pemuda itu. Namun 2 tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka sangat dekat satu sama lain. Namun sejak Rio dan Keke bersama, Rio berubah. Rio egois. Rio tak pernah memikirkan perasaannya. Hingga suatu saat, ia membentak Shilla dengan mengatakan "ANAK MANJA".
Sejak itu, ia menjadi super benci kepada sosok pemuda itu. Dan puncaknya, Shilla pindah ke Jakarta.
Kini? Entah kenapa Rio bersikap seperti itu. Baik. Tak seperti biasanya. Shilla fikir Rio berubah. Ternyata?
Shilla menghela nafas sekuat-kuatnya. Berusaha menghilangkan rasa sesak yang dideritanya sejak tadi. Karena Rio. Karena Mario Stevano Aditya Haling.
*
"iya kak. Jadi tadi si Rio ngomong gitu ke Keke. Dan kayanya si Shilla ngeliat" Acha menceritakan semuanya.
Ozy berdecak pelan. "itu anak udah bosen idup kali ya"
Acha hanya mengangkat bahunya. "kak, Shillanya mana?"
Kali ini giliran Ozy yang mengangkat kedua bahunya. Tetapi tiba-tiba gadis itu telah berdiri dibalik pilar rumah Ozy dengan menggunakkan dress ungu 5 senti diatas lutut dan celana pendek yang panjangnya hampir sama dengan dress ungunya.
"kak, gue balik duluan ya" katanya sembari melangkah mendekat ke Ozy dan Acha.
Ozy mengerutkan dahinya. "hey, kalo lo kenapa-napa gimana? Gue khawatir sama lo, Shill. Sumpah. Apalagi tar kakaklo nyari-nyarinya ke gue"
Shilla menghela nafas. "gapapa kak. Tenang aja" katanya sembari mencoba tersenyum.
"oke. Oke. Tapi hati-hati ya. Emm lo mau bawa mobil lo atau mobil gue?" tanyanya lagi. Mobil Shilla memang masih disini. Ia tidak membawanya saat ke Jakarta.
"pake mobil gue aja. See ya, Cha, kak. Sorry gue nyusahin hehe" Shilla menyambar kunci di buffet ruang tamu Ozy lalu berlalu meninggalkan sahabatnya dan kakak sepupunya ini.
Beberapa menit setelah perginya jazz ungu Shilla, sebuah Vios merapat ke kediaman Ozy ini.
Pemuda berseragam PH itu turun lalu segera meneriakkan nama Shilla didepan gerbang rumah Ozy.
"ngapain lagi lo ke sini? Ha? Puas udah gituin Shilla?" celoteh Acha memojokkannya. Tatapan sinis masih Acha tebarkan ke pemuda itu.
"gue ga maksud gitu, Cha. Sumpah. Lo salah sangka"
Acha semakin sinis. "gitu? Kok kayanya ngga gitu ya?"
Rio melengos pelan. "sumpah Cha!! Sekarang Shillanya mana? Gue mau jelasin semuanya!"
"telat. Dia barusan pergi. Dia balik ke Jakarta. Susulin sono!" usir Ozy secara halus.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Rio segera masuk ke Viosnya lalu langsung berlalu meninggalkan Acha dan Ozy yang masih mematung. Ozy berdecak seketika. "astaga. Ga sopan banget jadi orang. Ckckck"
*
Kacau. Satu kata yang dengan sempurnanya dapat menggambarkan isi hati Shilla. Sesungguhnya ia agak sedikit takut. Ia tak pernah mengemudikan mobil dalam keadaan seperti itu. Namun, ini demi menghindar dari Rio. Yeah. Gadis ini tahu bahwa Rio akan datang ke rumah Ozy.
Entah berapa kali blackberrynya berkedip. Ingat. Hanya berkedip. Ia benar-benar mendiamkan blackberrynya sediam-diamnya.
Entah kenapa pula, kali ini ia meraih blackberry yang berada di dashboard. Benar ternyata perkiraannya.
"apasih, Yo?" katanya bernada mau-tak-mau.
"maaf please. Ini ga seperti yang lo kira, Shill" katanya. Nada permohonan terasa kental disana.
"hhh udahlah, Yo. Gue capek"
"Shill, lo bawa mobilnya yang bener, ya. Gue takut lo kenapa-napa"
"heh! Emang lo siapa gue gitu?" 'ini juga gara-gara lo' lanjutnya dalam hati. Shilla berusaha seketus mungkin agar Rio tak dapat menerka apa yang sesungguhnya terjadi dalam hati gadis ini.
"udah? Gue tutup nih" ancamnya lagi.
Rio tersentak sejenak. "eee jangan. Shill, gue di belakang lo"
Shilla menoleh. Menatap apa yang dipantulkan spion kanannya ini. Dan ternyata... Vios Rio benar-benar ada di belakangnya.
Shilla mendengus kesal. "ih! Gausah ngikutin gue bisa?!" kata Shilla lalu memutus sambungan telfon itu dan meletakkannya kembali di dashboard. Maunya apa sih Rio itu? Mau liat gue nangis tah? Shilla memukul-mukul kemudinya. Kesal? Pasti. Marah? Iya. Bingung? Sangat.
Shilla tersenyum sinis. Lalu kembali berfikir, emang gue siapanya ya? Kok gue kaya gini sih?
Disaat Shilla lengah seperti ini, tiba-tiba Rio menaikkan kecepatan mobilnya. Sekejap, Rio memarkirkan mobilnya tepat didepan mobil Shilla. Tentu saja Shilla memberhentikannya tiba-tiba.
Ia melengos ketika melihat Riolah yang keluar dari mobil itu. Pemuda itu melepas kacamatanya lalu berjalan ke arah Shilla -yang masih begitu emosi-. Shilla mendengus sekeras-kerasnya. Lalu membuka pintu jazz ungu miliknya.
"apasih?!!" kata Shilla masih dengan menahan gejolak-gejolak emosi itu.
Rio menekuk lututnya lalu mengambil sesuatu yang ada di saku celananya. Ia memegang tangan Shilla lalu memberikan apa yang di ambilnya tadi.
"maaf. Ini buat lo" ia membuka kepalan tangan halus Shilla. Setelah itu meletakkan sebuah kotak berisi cincin bermanik Patrick di telapak tangan gadis manis ini.
Shilla speechless. Tak mampu mengatakan apapun saat ini. "lo.... Lo.... Masih inget... Kalo... Gue suka... Sama ini" katanya terbata-bata. Tak dinyana Rio akan melakukan sesuatu se-tak-terduga ini.
Rio tersenyum miring. Kalau tak ingat bahwa dirinya benci-tingkat-zeus kepada pemuda ini, pasti Shilla sudah melonjak-lonjak kegirangan.
"maafin gue please" katanya masih dalam posisi berlutut -seperti tadi-.
'ckrekk ckrekk' suara kamera berbunyi pelan. Orang itu tersenyum lalu beranjak dari tempat itu.
Shilla menghela nafas. Kemudian menarik nafasnya lagi. Berusaha menutupi debaran yang ia rasakan saat ini. "lo nyuap nih ceritanya? Lo ngasih ini biar gue maafin lo gitu?" tanyanya agak sedikit ketus. Nada suaranya sedikit melembut. 'Hey, siapa sih yang ngga blushing pas di perlakukan sedemikian rupa begini sama Rio?' elak Shilla dalam hatinya.
Rio bangkit dari posisinya yang tadi. Tangannya tetap menggenggam tanggan gadis ini. "engga sumpah!! Please maafinn" kata Rio sembari mengeratkan genggamannya.
Shilla menepis genggaman tangan Rio. "ga dimaafin. Cincinnya gue ambil. Thanks. Cepet pinggirin mobil lo! Gue mau pulang! Udah sore!!"
senyum Rio semakin merekah. Walaupun tak dimaafkan, Rio yakin. Ia pasti bisa mendapatkan gadis ini. Buktinya? Cincin itu diambil. "okay terserah lo. Btw, cincinnya dipesen langsung loh. Hehe" katanya sembari berjalan menuju mobilnya.
Shilla mengernyit. "ga ikhlas ceritanya? Ck gue balikin deh"
Rio tertawa pelan. "ga usah. Eh, lo jangan ngikutin gue ya"
Shilla kembali mendengus. "siapa yang mau ngikutin lo? Lagian gue ga mau ke Bandung lagi kok. Kan gue udah bilang. Gue mau pulang"
"siapa bilang gue mau ke Bandung? Gue kan mau ke Jakarta. Kan gue udah bilang kemaren" katanya lalu menutup pintu Viosnya.
Shilla kelewat kesal. Dengusan, dumelan, seakan tak mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya. Ia pun masuk ke mobilnya.
"ck. Kok bisa ya gue -hampir- nangis karena cowok ajaib kaya gitu? Ckk Shillaa, konyol bangettt" dengan siapa Shilla berbicara tadi? Dengan angin yang berhembus sepertinya.
*
Alvin cemas. Ini sudah hampir petang. Tapi adiknya itu belum juga muncul di hadapannya. Semenjak Ozy mengirimkan kabar tadi, ia tak mampu berkonsentrasi melakukan apapun.
Ozy memasuki rumah sepupunya itu dengan tergesa. Ia segera masuk -tanpa permisi- ke kamar Alvin. Benar saja. Sepupunya itu sedang terduduk cemas disana.
"Vin, Shilla mana?" tanyanya dengan raut cemas.
Alvin mendelik. "bukannya dia sama lo?"
Ozy langsung menggeleng. "tadi dia balik duluan"
Kini tak hanya Alvin yang cemas. Ozy juga cemas akhirnya. Jika tau begini, ia takkan mengizinkan adik sepupunya itu pulang sendiri. Masalah Rio pun seakan raib dan hilang sekejap. Padahal tadinya Alvin berapi-api ingin memutilasi tubuh Rio setelah mengetahui kisahnya dari bbm yang dikirimkan Ozy tadi.
"kak Ozy!!!! Lo udah pulang ya??? Dimana lo????"
Ozy dan Alvin tersentak. Ia mengenal suara sopran yang setengah berteriak tadi. Mereka berdua berlari menuju ke sumber suara tadi, lalu memeluk sang sumber suara dengan erat.
"kakak!!!! Lepasin!!! Sesek tau!!!" kata Shilla sembari mendorong kedua tubuh tegap itu.
"gue kira elo kenapa-napa, Shill!! Lama banget sih lo!! Bikin khawatir aja!" kata Alvin sembari mengelus rambut adiknya ini.
Shilla menghela nafasnya. "lo ngedoain guenya gitu banget ckck"
"eh engga!!" kata Alvin menyambar ucapan Shilla tadi.
"becandaaa. tadi ada trouble dikit. Rio ngejer gue. Terus bensinnya juga abis. Jadinya ngantri dulu deh heheh"
Alvin mendengus. "kalo tau lo gapapa kaya gini mending tadi gue ke makam Sivia, Shill. Asal lo tau deh. Dari tadi gue ngedekem disini cuma karena nungguin adik gue yang jelek ini" katanya sembari menjitak kepala Shilla.
Kontan, Shilla mengelus-elus bagian itu. "hihi iya maaf. Besok sama gue deh ke makamnya"
Alvin mengacungkan jempolnya lalu kembali ke kamarnya. Sedangkan Ozy, ia masih berdecak. Bisa-bisanya Shilla terlihat begitu bahagia. Padahal kan tadi ia terlihat kacau.
Shilla menyadari tatapan aneh Ozy barusan. "apa lo liat-liat? Gue cantik ya? Emangggggg. Kak, gue ganti piyama dulu ya. Gaenak pake dress model gini dirumah. Hehehe"
Ozy hanya memasang pandangan ih-Shilla-aneh -banget-sih tanpa menjawab ucapan Shilla tadi.
*
Pagi ini Shilla memutuskan untuk bersama Ify lagi. Ia sepertinya sudah melupakan kejadian kemarin. Buktinya, ia seceria ini sekarang. Shilla tengah mengoleskan selai blueberry diatas rotinya dan Alvin sedang membuka-buka artikel di sebuah majalah. Ia tak sengaja membuka di bagian artikel bisnisnya.
'Mario Haling and Ashilla Sindhunata. A prince and a princess from 2 big coorperations are in a relationship now'
Astaga! Majalah itu hampir terlempar dari genggaman Alvin. Artikel macam apa ini?
.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 speeches:
Post a Comment