Wednesday, August 3, 2011

part 11 a

Apa?? Alvin??

Shilla seketika mengerutkan dahinya. Setelah itu, menatap Ozy lekat-lekat. "kok?"

Ozy tersenyun melihat tingkah adik sepupunya ini. "don't ask me. You'll know later, Shill. Tapi sebenernya gue juga kangen Acha sih" kata Ozy kemudian.

Shilla melengos. Terkadang ia tak mengerti dengan kakaknya itu.

Shilla tak bertanya apapun lagi setelah itu. Ia sesekali memainkan lipatan roknya sembari mengalunkan lagu-lagu yang terdengar dari tape mobil kakak sepupunya ini.

Ku suka dirinya
mungkin aku sayang
namun apakah mungkin
kau menjadi milikku
kau pernah menjadi
menjadi miliknya
namun salahkah aku
bila ku pendam rasa ini..

Lantunan khas Widy Vierra ini membuat hati Shilla tergugah. Ia teringat kepada pemuda itu seketika. Rio. Ia mendumel pelan. Kenapa lagu ini kelewat cocok dengan keadaannya, Rio, dan Keke begini?

"kak, ganti lagu"

Ozy yang tak begitu pandai membaca ekspresi Shilla jelas bingung. Tapi ia tak ingin bertanya terlalu jauh. Takut merusak suasana yang telah susah payah dirangkai oleh Alvin dan dirinya.

Ozy mengulurkan tangannya ke arah tape mobilnya. Ia menekan tanda 'next'. Lalu kembali ke posisinya semula. Sempat ia menengok ke arah Shilla. Gadis itu tengah menatap kosong jalanan didepannya.

Perjalanan Jakarta-Bandung hampir berakhir. Dan selama 2 jam itulah mereka tetap direngkuh keterdiaman dimana tak ada satupun pihak yang berani berbicara terlebih dahulu.

14.35. Tadi, Shilla memang tak mengikuti pelajaran hingga usai. Karena Jurnalis mengadakan rapat, selain itu karena kakaknya tiba-tiba menariknya. Ia tahu, rapat jurnalis tidak akan selesai sebelum bel pulang mengaung. Toh Shilla sudah tahu apa yang harus dikerjakannya nanti. Selebih itu, ia bisa bertanya pada kakaknya, bukan?

Prius Ozy melenggang di jalanan kota Bandung. Ozy membelokkan Priusnya tiba-tiba. Shilla mengernyit. Ini kan bukan jalan menuju ke rumah Ozy, batinnya.

"kak, mau ke mana?"

"jemput Acha. Bentar lagi dia pulang, Shill" jawab Ozy.

Shilla hanya mengangguk. Kemudian tersadar tiba-tiba. "berarti ke PH dong? Ah!"

Ozy menolehkan kepalanya ke arah adik sepupunya ini. "lah kenapa? Takut Rio lagi? Ck. Hadepin aja, Shill. Kalo lo ga sanggup, gue yang turun"

Shilla memajukan bibirnya beberapa mili. "lo kira tanding apaan deh kak"

Ozy hanya tertawa, lalu memfokuskan pandangannya ke jalan raya yang tak terlalu ramai itu.

*
Shilla memberanikan diri untuk melangkah sedikit demi sedikit ke dalam bangunan utama SMA Pelita Harapan Bandung yang tepat berada di depannya sekarang. Gadis ini menghela nafas berat. Lalu berharap, semoga segalanya akan baik-baik saja.

Shilla kini sudah melepas ikatan di rambutnya serta kacamatanya yang sedari tadi bertengger di wajahnya. Ia mengeluarkan blackberrynya dari sakunya, lalu mengontak Acha.

'heh! Gue di PH! Buru gihhh. Pingin cpt2 pergi dr sini, Cha'

Ia kembali melangkah memasuki kawasan koridor yang dulunya sering ia lalui. Tiba-tiba perutnya melaksanakan konser tanpa seizinnya. Shilla langsung pergi ke kantin sekolahnya -yang tak semewah di Superior High School-.

"eh, neng Shilla. Ibu teh kangen sama neng. Neng kemana saja?" tanya seorang ibu muda yang sepertinya sangat kenal kepada gadis satu ini.

"hey, maaf ya, teh. Shilla ngikut kakak ke Jakarta. Hehe boleh minta sandwichnya, teh?"

Ibu muda itu tertawa. "eleh eleh si eneng. Beli atuh. Haha iya iya. Saya buatin. Tunggu ya neng ya"

Shilla mengangguk kecil lalu mencari tempat kosong yang bisa ia duduki.

'drrrtt drrrtt drrrtt'

2 unread? Acha dan RIO? Untuk kesekian kalinya, ia menghela nafasnya.

'lo di PH cil?? Wouwooo missyousomuchhh. Wait for me. Just a while. Kecuali kl lo mau nyusul gue ke kelas xoxo'

Shilla mengerutkan dahinya. Acha apa-apaan sih?

'pala elo nyusul! Gue aja ogah2an ke sini. Okay bebeh buru ya'

Dan 1 lagi. Dari Rio.

'Shill, bentar lagi otw Jakarta. Gue.... Kangen elo'

Ini lagi! Bbm macam apa itu?

Shilla memutuskan untuk tak membalasnya. Buat apa dibalas? Pasti Rio akan tambah besar kepala.

Ia membuka aplikasi Ubersocial di blackberrynya, lalu mulai menarikan jarinya di atas keypad.

Ashillazhrtiara : at PH. Hopefull everythings gonna be okay.

"ini neng. Pake sosis sama nugget. Enak atuh hehe" Ibu muda itu mengantarkan sandwich yang tadi dipesan Shilla.

"makasih, teh"

Shilla segera menyantap hidangan yang tadi disuguhkan. Sandwich nugget sosis buatan Ibu muda tadi terlihat sungguh nikmat rasanya.

"Rio sama Keke? Kenapa?" kata seseorang yang barusan lewat dihadapan Shilla.

"ga tau gue, San. Mereka langsung bergandengan ria tadi. Kayanya ada yang ga beres deh" kata yang lainnya.

"yaudah yuk liat aja. Kayanya di lapangan basket deh. Rio kan lagi latihan disana"

Gadis satunya mengangguk lalu mereka bersandingan menuju ke lapangan basket.

Shilla masih berfikir dengan kata-kata tadi. Kata-kata itu masih terngiang di otak Shilla. Bukannya mereka... Putus?

Entah mendapat dorongan dari mana, Shilla mengikuti kedua gadis tadi menuju ke lapangan basket. Setelah memberikan lembaran berwarna biru ke Ibu muda tadi, Shilla langsung beranjak dari tempatnya semula. Tak peduli Ibu itu berteriak-teriak, "NENG!! KELEBIHAN ATUH!!!"

*
Rio dan basket. Bak siang dan malam yang tak terpisahkan. Bak matahari dan bulan yang selalu membutuhkan.

"ayo, sayang!!" teriak sesosok gadis mungil berkostum cheerleaders. Keke.

Shilla makin mengeritingkan dahinya. Berdustakah Rio padanya?

Rio beristirahat sejenak. Ia menghampiri -mantan- gadisnya. Menerima botol isotonik dan sehelai handuk untuk menyeka peluhnya.

"do it now, Yo" kata keke sembari tersenyum. Tersenyum licik mungkin.

"terlalu rame, Ke. Lagian kan udah gue turutin apapun mau lo tadi" elaknya pelan.

"noprob. Sehari ini aja dan gue ga akan ganggu lo lagi"

Rio meneguk liurnya. Menghirup oksigen di sekitarnya, lalu mulai mengikuti apapun yang Keke suruh. "Ke, I Love You" desisnya super pelan.

Shilla sesungguhnya mengetahui apa yang dikatakannya tadi. Dadanya sesak tiba-tiba. Hey, ada apa ini?

"yang tulus dong, sayang. Yang kuat juga biar yang lain tahu" kata Keke lagi.

Rio menghela nafas sebisanya "Keke, I Love You"

Semuanya tersentak. Termasuk Shilla dan... Acha. Ya. Kekasih sepupunya telah menyaksikan keseluruhan 'pertunjukkan' yang disuguhkan Rio dan Keke sejak tadi. Tapi, ia tak menyadari keberadaan Shilla disana.

Shilla... Bernafas ditengah sesaknya dadanya. Ia menahan butiran bening yang biasanya keluar dari matanya.

Ia menjauh perlahan dari kerumunan 'penonton' disana. Tak ingin menyaksikan lebih jauh.

"Yo, ef way ai. Shilla tadi disana" kata Keke dengan senyum kemenangan yang memuakkan itu.

Rio tersentak. Ia melepaskan genggaman tangan Keke lalu berusaha mencari-cari gadis itu. Dilihatnya Acha, sahabatnya.

"Cha, lo liat Shilla?" tanyanya masih terengah-engah.

"ga. Kayanya dia udah keluar. Dan kayanya juga dia ngeliat elo tadi. Pinter banget lo yo" kata Acha sembari mengangguk sinis.

Rio menghela nafasnya sekali lagi. "gue mau cari dia" katanya lalu langsung meninggalkan Acha yang masih memainkan Blackberrynya.

'kak Ozy, siap2. Td Shilla liat sesuatu yg bnr2 gaenakin soalnya. Dia liat Rio sm Keke kak'

Acha memasukkan blackberrynya, lalu berjalan keluar dengan penuh emosi. Itu terlihat di sepasang matanya.

Sesungguhnya ada 2 jenis manusia berdasarkan perasaannya pada orang lain. Yang pertama, manusia yang cinta dan sayang pada kita, dan satu lagi manusia yang sangat cinta kepada kita. Mungkin Rio masuk kategori ke 2. Ia kelewat Cinta sehingga membuat hati Shilla terluka. Tertusuk dalam. Sangat dalam.

*
Setelah mendapat pesan dari Acha, ozy langsung menontak Alvin.

'big failed bro. Rio goblok'

0 speeches:

Post a Comment